Selasa, 28 Juni 2011

Tugu Sudjono, Simbol Revolusioner yang terlupakan


Mereka yang pernah belajar sejarah G30S/PKI ketika duduk di bangku SMA, saat pemerintahan orde baru, pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta) Sudjono. Sosok ini tercatat sebagai salah satu pahlawan revolusioner yang menjadi korban keganasan pertikaian berdarah bangsa ini di tahun 1965.
Mereka yang pernah belajar sejarah G30S/PKI ketika duduk di bangku SMA, saat pemerintahan orde baru, pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta) Sudjono. Sosok ini tercatat sebagai salah satu pahlawan revolusioner yang menjadi korban keganasan pertikaian berdarah bangsa ini di tahun 1965. Perkebunan Bandar Betsy di Kec. Bandar Perhuluan, Kabupaten Simalungun, pun menjadi demikian terkenal, sebagai lokasi peristiwa berdarah yang merenggut nyawa perwira pengaman kebun itu.

Letda Sudjono yang kala itu berpangkat Peltu, berdasarkan teks resmi kala itu, tewas dikampak sekelompok orang dari Barisan Tani Indonesia (BTI) yang merupakan onderbouw PKI. Saat itu, Sudjono berusaha mempertahankan lahan perkebunan dari penjarahan massa PKI. Peristiwa yang dikenal dengan "Peristiwa Bandar Betsy" merupakan aksi sepihak PKI dan onderbouwnya untuk merebut kekuasaan yang sah.

Aksi-aksi sepihak PKI dan organ-organ resminya, mencapai klimaks pada tanggal 30 September 1965 dalam bentuk kudeta berdarah. Tujuh jenderal TNI-AD di Jakarta dan beberapa lainnya di berbagai daerah menjadi korban keganasan PKI. Sejumlah sejarahwan menyingkap pertikaian sesama anak bangsa itu memakan korban tak kurang dari 300 ribu nyawa di seluruh negeri. Belakangan, pemerintah Orde Baru menobatkan para jenderal korban PKI itu sebagai 'Pahlawan Revolusi.'

Sebagai kenangan kepada generasi mendatang, tugu peringatan para pahlawan revolusi itu didirikan dengan biaya yang tak kecil. Satu di antaranya adalah 'Tugu Sudjono.' Melihat keberadaan monumen itu, Senin (13/8), diperkirakan miliaran rupiah uang negara mengucur, saat proses pembangunan berlangsung. Terletak di lahan yang luasnya diperkirakan 0,5 Ha, tugu Sudjono di awal pembangunannya terasa begitu megah.

Model bangunan Tugu Sudjono sama dengan Monumen Tugu Tujuh Pahlawan Revolusi di Komplek Lubang Buaya, Jakarta. Bedanya, agak ke depan dari monumen itu ada patung Letda Sudjono, seolah memimpin ke tujuh jenderal itu. Harus diakui, tugu itu menyimpan aura mistis dan kharisma bagi khalayak yang mengunjunginya.

Tapi cerita itu ada di era Orde Baru. Kini, tugu itu bagai monumen tanpa arti sama sekali. Simbol revolusioner rakyat Sumatera Utara itu, seolah kesepian, karena tak lagi, mendapat perhatian. Jalan menuju monumen itu, sejak dari Perkebunan Laras PTPN IV hingga ke lokasi yang diperkirakan berjarak 15 km, sudah tak lagi mulus, karena 2/3 dari panjang jalan, kondisinya kupak-kapik. Terutama di areal Perkebunan Bandar Betsy. Pihak perkebunan terkesan tak peduli dengan kondisi jalan itu.

Di areal Tugu Sudjono, perasaan pun jadi terenyuh, karena monumen itu seakan menangis dengan kondisinya yang tak terurus. Monumen megah itu, terlihat kusam dan beberapa bagiannya sudah dipenuhi lumut. Taman yang mengelilingi tugu itu, berubah menjadi tumbuhan liar yang mengganggu pemandangan. Sementara ilalang menyeruak liar di berbagai tempat, dengan ketinggian hampir sepinggang.

Kamar mandi yang berada persis di depan tugu, bak rumah hantu. Sedangkan pondok peristirahatan yang dibuat untuk pengunjung resmi maupun biasa, dalam kondisi hendak rubuh. Lantai areal berlapis batu conblok, sebagian sudah menghitam dan di sela-selanya ditumbuhi rerumputan tebal.

Beberapa warga di sekitar lokasi, mengakui sejak beberapa tahun belakangan monumen itu tak lagi dipelihara. Jika sebelumnya banyak pelajar yang mau berkunjung ke monumen itu, kini sudah tak ada lagi. Karena semua fasilitas yang memungkinkan pengunjung untuk berlama-lama di sana tidak tersedia. Tugu Sudjono, saat ini, tak lebih dari bangkai sejarah yang kenangan tentangnya perlahan mulai pupus.

Era Reformasi, ternyata tidak mau berkompromi pada simbol-simbol hegemoni sebelumnya. Karena reformasi juga tengah membangun simbol-simbol hegemoni untuknya. Meski simbol hegemoni itu untuk dua potong kata 'pahlawan revolusi.' Lalu, di usia RI ke-62, adakah istilah lain yang tengah dibangun rezim reformasi sekarang ini? Sejarah kelak akan mencatatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar