Minggu, 15 April 2012

PENGHIANATAN BEGITU MENYAKITKAN




Kegusaran, keprihatinan, kekecewaan, mungkin juga kemarahan. Rasa itu mengitari pergulatan dalam dialektika diantara beberapa teman yang menemuiku. Hari ini, gambaran yang dipaparkan oleh teman-teman, mengingatkanku akan 2 (dua) peristiwa yang sama, substansi yang tak jauh berbeda, membangkitkan emosi.
Apakah kini orang-orang tak lagi mempersoalkan moralitas, etika, pranata sosial yang berkembang dalam masyarakat dalam norma dan kaidah?? Apakah mereka lupa tentang hak dan kewajiban? Apakah mereka juga lupa akan tata nilai dan rasionalitas?
Penghianatan begitu menyakitkan, tapi ini realitas yang hadir sebagai dinamika.
Ini untuk ketiga kalinya, harus berhadapan dengan teman sendiri. Berhadapan untuk urusan prinsipil, soal komitmen dan konsistensi serta resiko. Tak peduli bahwa akan kehilangan teman, tak peduli jika memang harus berseberangan dan konfrontasi. Kita bicara soal ucapan dan perbuatan, akal-mulut-hati harus linier, tidak bisa seenaknya untuk bertindak zig-zag.
temanku menceritakan tentang peristiwa beberapa hari kebelakang bahwa beberapa teman melakukan perbuatan dan tindakan yang telah mengganggu eksistensi, nama baik, dan keutuhan cita-cita perjuangan. Sebenarnya tak ada kaitannya dengan pelanggaran, penyimpangan terhadap misi yang harus diemban. Tapi ini soal sederhana yang akan berimbas pada tujuan perjuangan, soal taktik yang berbahaya dalam mencapai strategi. Ringkasnya taktik ‘makan’ strategi. Jika sudah demikan maka tak ada pilihan lain, kita yang ‘rusak’ atau hanya segilintir orang saja yang harus disingkirkan, pahit memang tapi ini demi untuk menyelamatkan cita-cita dan tujuan bersama.
Jika kita anti kekerasan maka kita harus tidak untuk bertindak dengan kekerasan
Jika kita bicara soal hak maka kita tak boleh sedikit pun memungut hak orang lain
Jika kita mendambakan kebahagiaan maka biarkan ia ada dalam kesejahteraan, kedamaian, kenyamanan, dan jauh dari ketakutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar